Kemaren aku sempet nonton film action "Merantau" yang dibintangi aktor Indonesia pendatang baru, jago silat pula. Selayaknya film-film aksi yang aku tonton baik lokal atau barat, yang namanya pemeran utama pasti tetap hidup hingga film berakhir. Tapi koq di film "Metantau" aku tidak melihat hal itu ya ???? Pemeran utamanya malah mati sesaat film berakhir. Kira2 apa yang menjadi dasar pemikiran hingga endingnya seperti itu? apakah skenarionya harus sperti itu??
Ake sebagai penikmat film lokal sempet kecewa juga lihat endingnya. Ngebayangin pemeran utamanya tetap hidup hingga ending film, eh malah sebaliknya. Dia mati sesaat mau ending.
Oia, buat teman2 yang blom smpet nonton filmnya, aq critae sklias aja ya....
One day, seorang pemuda Minang menuruti instingnya untuk pergi merantau ke Jakarta. Di sana dia bertemu dengan seorangn gadis (penari kafe) yang mau dijual ke Luar Negeri. Nah, disinilah diceritakan bahwasanya si pemeran utama itu jatuh cinta dan berusaha menolong gadis itu dari tangan broker asing yang menyalurkan para wanita ke LN. Broker asing ini dibintangi oleh aktor Inggris. Terjadi baku hantam antara keduanya. Disaat pemeran utama berhasil menyelamatkan gadis itu, eh dianya malah ditusuk dari belakang oleh musuhnya yang tadinya sudah ia lumpuhkan. Alhasil pemeran utama(aktor lokal) dan penjahat(aktor Inggris) pun mati. Begitu ceritanya....
Sesaat setelah nonton fil tersebut aku berasumsi bahwa disini letak ego produsernya (produsernya berasal dari Inggris). Mentang-mentang produsernya bule dan pemeran utamanya lokal, masa pemeran utamanya ikutan mati.hikz Mungkin aja kalo pemeran utamanya bule pasti dia gakan mati ya.hehehehe
Di Amerika, Kita coba cermati film sekuel Rambo buatan amerika. Rambo yang merupakan pahlawan amerika berhasil menang perang melawan Vietnam meski seorang diri. Namanya juga film amerika, pasti pemeran utamanya akan selalu berjaya jika pemeran utamanya orang amerika juga.
Di Inggris, ada James Bond-tokoh agen rahasia Inggris yang selalu menang melawan musuh-musuhnya.
Memang tak semua produser seperti itu seh.... yang aku harapkan semua produser objektif dalam produksi film. Di sisi lain aku juga berterima kasih karena telah mengangkat silat di dunia perfilman indonesia
Bayangin aja klo semua kebudayaan kita diambil, diklaim milik negara lain.Ntar kita sendiri malah kehilangan jati diri. Bhinneka Tunggal Ika yang kita pelajari sejak SD pasti lama-lama dihapus. Ngeri banget kan??!!! Belum lagi secara finansial, rugi triliunan rupiah lah!!
sebagai ilustrasi aja:
Propinsi di Indonesia ada 33 propinsi.
Jika @ propinsi punya 50 kebudayaan (makanan,minuman khas, pakaian daerah, tarian, permainan,lagu,dsb) berarti qta punya 1650 kebudayaan.
Seandainya pemerintah RI seluruh budaya itu dipatenkan dan tiap-tiap negara yang ingin memakainya harus membayar Rp 1 Milyar, total keuntungan negara kita dari kebudayaan mencapai Rp 1650 Milyar !!!
Uang segitu banyak bisa kita gunakan untuk pengembangan kebudayaan dan peningkatan kualitas SDM kita....
Untuk itu saran saya kepada pemerintah RI dalam hal ini Pak SBY selaku presiden terpiilh periode 2009-2014 untuk lebih memperhatikan hal ini. Solusinya mungkin dirancang UU khusus perlindungan budaya serta kekayaan alam atau mengangkat menteri yang khusus mengurusi bidang paten & perlindungan kebudayan serta kekayaan alam lainnya.
Kita sebagai bangsa bermartabat jangan diam saja saat komponen bangsa kita diklaim oleh negara lain. Ini semua kan untuk generasi penerus kita juga.
OK COY.......